Hamba Tuhan menurut pandangan Alkitab
perjanjian baru, berasala dari kata δουλοω (douloõ) melayani
sebagai hamba (budak). Pada zaman Perjanjian Baru, seorang budak dapat di beli
atau dijual sebagai komoditi. David Watson menyatakan: “Seorang budak adalah
seorang yang sama sekali tidak
memiliki kepentingan diri sendiri. Dalam ketaatan penuh kerendahan hati ia hanya bisa berkata dan bertindak atas nama tuannya. Dalam hal ini tuannya berbicara dan bertindak melalui dia”. Benar-benar tak berdaya. Sebagai orang percaya berarti sebagai orang-orang yang telah di merdekakan dari dosa dan menjadi hamba (doulos) kebenaran.
Kata hamba dalam Perjanjian Lama yaitu עֶבֶד “eved” atau “ebed”, yaitu budak, hamba, pelayan. Artinya, seseorang bekerja untuk keperluan orang lain, untuk melaksanakan kehendak orang lain. Atau ia adalah pekerja milik tuannya. Diluar Alkitab kata עֶבֶד “eved” berarti budak, hamba yang melayani raja; bawahan dalam politik; keterangan tentang diri sendiri untuk menunjukkan kerendahan hati; dan hamba-hamba dalam kuil-kuil kafir. Dalam hidup keagamaan Israel kata itu dipakai untuk menunjukkan kerendahan diri seseorang dihadapan Allah. Jadi hamba Tuhan berarti orang yang menjadi milik Allah, berbakti kepada Allah, dan melakukan pekerjaan-pekerjaan Allah sebagai panggilan hidupnya serta mengabaikan kepentingan sendiri.
Untuk menjadi seorang hamba Tuhan yang berguna bagi Tuhan, maka seorang hamba Tuhan harus mempunyai pusat atau tujuan dalam kehidupan yang bersifat luhur dan sesuai dengan tujuan Tuhan. Seorang Ahli ilmu jiwa berkata, “Apabila motif seseorang untuk menyerahkan diri menjadi hamba Tuhan adalah sebagai suatu kompensasi, demi menjadi seorang pemimpin yang tidak di peroleh dalam dunia dan mengimbangi perasaan bersalah dalam hati nurani, akibatnya ialah dirinya menjadi pusat dari tujuannya”. Dengan demikian ia tidak akan meninggikan Tuhan serta memuliakan Allah.
Seorang hamba Tuhan harus bersandar akan anugerah Tuhan untuk mengatasi segala kesulitan dan rintangan di dalam pelayanannya serta bertekad menaati pengaturan Tuhan, dan senatiasa menaati apa yang dikatakan Alkitab tentang dirinya. Dan Tuhan mempercayakan tugas mulia-Nya kepada orang percaya terutama kepada hamba-hamba Tuhan demi melanjutkan karya Allah di dunia ini. Seperti yang telah di Firmankan bahwa Injil Kerajaan itu akan diberiahukan di seluruh dunia, agar sekalian bangsa dapat mendengar Injil, sesudah itu barulah tibah kesudahannya.
Pelayanan yang dilakukan dengan penuh perhatian, sukacita, totalitas, dan sepenuh hati, akan menjadikan pelayanan itu memiliki kekuatan untuk menyentuh hati dan mempengaruhi orang-orang yang di layani. Keindahan dalam pelayanan ada pada keindahan sifat dan sikap untuk memberikan yang terbaik. Konsepsi para hamba Tuhan tentang fungsinya dalam jemaat merupakan dasar motivasi kepelayanannya. Kesadaran akan posisi hamba Tuhan selaku orang yang memiliki status sosial rendah sesungguhnya akan mewarnai jiwa keselayanannya. Kita akan terlepas dari arogansi, kesewenang-wenangan dan perasaan untuk berkuasa. Sesungguhnya kekuatan spiritualitas para hamba Tuhan adalah dalam kerendahan hatinya di hadapan Tuhan dan juga jemaat.
Istilah hamba Tuhan menyatakan apa yang dirindukan seorang tuan dari seorang hamba yaitu ketaatan, kesetiaan dan kesiapan. Dengan adanya ketiga hal ini dalam melakukan tugas pelayanan, seorang hamba Tuhan melakukan tugasnya dengan penuh tanggung jawab dan sepenuh hati. Sehingga ketika dia berbicara tentang hukum kesetiaan, maka seorang hamba harus setia dalam perkara yang besar dan kecil, yang berarti seorang hamba harus dapat dipercaya dan memiliki kredibilitas. Ketika di panggil menjadi hamba Tuhan yang melayani sangatlah di perlukan sekali sebuah pemahaman yang baik dan benar tentang tugas pelayanan yang terdapat dalam Alkitab.
Seorang hamba Tuhan dipanggil untuk melayani Tuhan dan pekerjaan yang dilakukannya adalah pekerjaan Tuhan yang di percayakan kepadanya serta seorang hamba Tuhan hanya sebagai alat dalam tangan Tuhan. Sebagai alat yang hidup, setiap hamba Tuhan memiliki kerinduan untuk dipakai oleh Allah karena sebagai alat, hamba Tuhan hanya akan berguna jika dipakai oleh Allah dan juga sebaliknya. Perlu juga di sadari bahwa pelayanan dan pekerjaan yang di lakukan oleh seorang hamba Tuhan adalah pekerjaan rohani sehingga setiap hamba Tuhan haruslah hidup rohani juga. Hal inilah yang membuat seorang hamba Tuhan berbeda dengan jemaat.
Memperbaharui diri untuk pembaharuan jemaat adalah tujuan akhir dari pembaharuan diri seorang hamba Tuhan, yang dilakukan secara langsung bermuara pada terciptanya pembaharuan jemaat (gereja). Jemaat sebagai Tubuh Kristus bukan hanya mengenal dan memahami Kristus saja dalam hidupnya, tetapi juga perlu menjaga keberimanannya kepada Kristus sebagai Allah. Dan hal ini hanya dimungkinkan jika bimbingan secara rohani yang baik dari hamba Tuhan ada berlangsung secara terus-menerus. Dalam hubungan ini seorang hamba Tuhan tidak semata-mata melakukan tugas dan fungsinya yaitu berkhotbah di mimbar setiap minggunya, akan tetapi perlu juga mengajar jemaat dengan berbagai hal yang penting dalam kehidupannya (menjadi guru bagi jemaat), mulai dari hal yang bersifat rohani, pendidikan, ekonomi dan juga hal lainnya.
Dengan fungsi tersebut, bukan saja dalam kehidupan pribadinya jemaat berkembang tetapi juga dalam keikutsertaannya dalam kegiatan-kegiatan gerejawi. Hamba Tuhan selaku penyambung lidah gereja dan jemaat seharusnyalah memperdengarkan firman Tuhan kepada jemaat mengenai keadilan, kejujuran dan kesejahteraan yang harus dipelihara oleh jemaat. Sehingga dalam setiap segi kehidupannya jemaat mampu untuk bertindak dan berlaku adil bagi sesama dan juga orang lain. Dan dari hal tersebut jemaat yang ada mampu menjadi jemaat yang benar-benar terbangun dari segi kerohanian dan kehidupan menjadi jemaat yang misioner.
memiliki kepentingan diri sendiri. Dalam ketaatan penuh kerendahan hati ia hanya bisa berkata dan bertindak atas nama tuannya. Dalam hal ini tuannya berbicara dan bertindak melalui dia”. Benar-benar tak berdaya. Sebagai orang percaya berarti sebagai orang-orang yang telah di merdekakan dari dosa dan menjadi hamba (doulos) kebenaran.
Kata hamba dalam Perjanjian Lama yaitu עֶבֶד “eved” atau “ebed”, yaitu budak, hamba, pelayan. Artinya, seseorang bekerja untuk keperluan orang lain, untuk melaksanakan kehendak orang lain. Atau ia adalah pekerja milik tuannya. Diluar Alkitab kata עֶבֶד “eved” berarti budak, hamba yang melayani raja; bawahan dalam politik; keterangan tentang diri sendiri untuk menunjukkan kerendahan hati; dan hamba-hamba dalam kuil-kuil kafir. Dalam hidup keagamaan Israel kata itu dipakai untuk menunjukkan kerendahan diri seseorang dihadapan Allah. Jadi hamba Tuhan berarti orang yang menjadi milik Allah, berbakti kepada Allah, dan melakukan pekerjaan-pekerjaan Allah sebagai panggilan hidupnya serta mengabaikan kepentingan sendiri.
Untuk menjadi seorang hamba Tuhan yang berguna bagi Tuhan, maka seorang hamba Tuhan harus mempunyai pusat atau tujuan dalam kehidupan yang bersifat luhur dan sesuai dengan tujuan Tuhan. Seorang Ahli ilmu jiwa berkata, “Apabila motif seseorang untuk menyerahkan diri menjadi hamba Tuhan adalah sebagai suatu kompensasi, demi menjadi seorang pemimpin yang tidak di peroleh dalam dunia dan mengimbangi perasaan bersalah dalam hati nurani, akibatnya ialah dirinya menjadi pusat dari tujuannya”. Dengan demikian ia tidak akan meninggikan Tuhan serta memuliakan Allah.
Seorang hamba Tuhan harus bersandar akan anugerah Tuhan untuk mengatasi segala kesulitan dan rintangan di dalam pelayanannya serta bertekad menaati pengaturan Tuhan, dan senatiasa menaati apa yang dikatakan Alkitab tentang dirinya. Dan Tuhan mempercayakan tugas mulia-Nya kepada orang percaya terutama kepada hamba-hamba Tuhan demi melanjutkan karya Allah di dunia ini. Seperti yang telah di Firmankan bahwa Injil Kerajaan itu akan diberiahukan di seluruh dunia, agar sekalian bangsa dapat mendengar Injil, sesudah itu barulah tibah kesudahannya.
Pelayanan yang dilakukan dengan penuh perhatian, sukacita, totalitas, dan sepenuh hati, akan menjadikan pelayanan itu memiliki kekuatan untuk menyentuh hati dan mempengaruhi orang-orang yang di layani. Keindahan dalam pelayanan ada pada keindahan sifat dan sikap untuk memberikan yang terbaik. Konsepsi para hamba Tuhan tentang fungsinya dalam jemaat merupakan dasar motivasi kepelayanannya. Kesadaran akan posisi hamba Tuhan selaku orang yang memiliki status sosial rendah sesungguhnya akan mewarnai jiwa keselayanannya. Kita akan terlepas dari arogansi, kesewenang-wenangan dan perasaan untuk berkuasa. Sesungguhnya kekuatan spiritualitas para hamba Tuhan adalah dalam kerendahan hatinya di hadapan Tuhan dan juga jemaat.
Istilah hamba Tuhan menyatakan apa yang dirindukan seorang tuan dari seorang hamba yaitu ketaatan, kesetiaan dan kesiapan. Dengan adanya ketiga hal ini dalam melakukan tugas pelayanan, seorang hamba Tuhan melakukan tugasnya dengan penuh tanggung jawab dan sepenuh hati. Sehingga ketika dia berbicara tentang hukum kesetiaan, maka seorang hamba harus setia dalam perkara yang besar dan kecil, yang berarti seorang hamba harus dapat dipercaya dan memiliki kredibilitas. Ketika di panggil menjadi hamba Tuhan yang melayani sangatlah di perlukan sekali sebuah pemahaman yang baik dan benar tentang tugas pelayanan yang terdapat dalam Alkitab.
Seorang hamba Tuhan dipanggil untuk melayani Tuhan dan pekerjaan yang dilakukannya adalah pekerjaan Tuhan yang di percayakan kepadanya serta seorang hamba Tuhan hanya sebagai alat dalam tangan Tuhan. Sebagai alat yang hidup, setiap hamba Tuhan memiliki kerinduan untuk dipakai oleh Allah karena sebagai alat, hamba Tuhan hanya akan berguna jika dipakai oleh Allah dan juga sebaliknya. Perlu juga di sadari bahwa pelayanan dan pekerjaan yang di lakukan oleh seorang hamba Tuhan adalah pekerjaan rohani sehingga setiap hamba Tuhan haruslah hidup rohani juga. Hal inilah yang membuat seorang hamba Tuhan berbeda dengan jemaat.
Memperbaharui diri untuk pembaharuan jemaat adalah tujuan akhir dari pembaharuan diri seorang hamba Tuhan, yang dilakukan secara langsung bermuara pada terciptanya pembaharuan jemaat (gereja). Jemaat sebagai Tubuh Kristus bukan hanya mengenal dan memahami Kristus saja dalam hidupnya, tetapi juga perlu menjaga keberimanannya kepada Kristus sebagai Allah. Dan hal ini hanya dimungkinkan jika bimbingan secara rohani yang baik dari hamba Tuhan ada berlangsung secara terus-menerus. Dalam hubungan ini seorang hamba Tuhan tidak semata-mata melakukan tugas dan fungsinya yaitu berkhotbah di mimbar setiap minggunya, akan tetapi perlu juga mengajar jemaat dengan berbagai hal yang penting dalam kehidupannya (menjadi guru bagi jemaat), mulai dari hal yang bersifat rohani, pendidikan, ekonomi dan juga hal lainnya.
Dengan fungsi tersebut, bukan saja dalam kehidupan pribadinya jemaat berkembang tetapi juga dalam keikutsertaannya dalam kegiatan-kegiatan gerejawi. Hamba Tuhan selaku penyambung lidah gereja dan jemaat seharusnyalah memperdengarkan firman Tuhan kepada jemaat mengenai keadilan, kejujuran dan kesejahteraan yang harus dipelihara oleh jemaat. Sehingga dalam setiap segi kehidupannya jemaat mampu untuk bertindak dan berlaku adil bagi sesama dan juga orang lain. Dan dari hal tersebut jemaat yang ada mampu menjadi jemaat yang benar-benar terbangun dari segi kerohanian dan kehidupan menjadi jemaat yang misioner.