"Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru:
yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Kor.
5:17)
Sebagai gambar Allah yang telah dipulihkan, manusia yang telah ditebus rindu untuk melakukan apa yang adil sesuai wahyu Allah bagi semua ciptaan dan firman Tuhan. Ia menyadari bahwa tidaklah cukup hanya mengetahui bahwa hujan merupakan kondensasi dari air yang menguap. Ia akan bertanya apakah hujan dan bagaimana ia menyatakan karakter dan kehendak Allah. Apabila tidak ada dosa, hal ini tidak akan menjadi masalah. Manusia cukup hanya mengamati dunia dan mengenal Allah melaluinya. Namun, oleh karena dosa, "maka diperlukan Penolong yang lebih baik untuk memimpin kita pada Pencipta alam semesta ini secara langsung".
Paulus menjelaskan konflik ini sebagai berikut: "Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging karena keduanya bertentangan sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki." (Gal. 5:17) Roh Kudus yang tinggal di antara orang-orang percaya, berada dalam peperangan dengan pikiran kedagingan manusia. Sebagai akibatnya, ada dua prinsip yang bekerja dalam diri orang percaya, yang satu kepada ketaatan dan yang lain pada ketidaktaatan.
Walaupun orang Kristen berusaha untuk bergantung pada Allah dengan memerhatikan wahyu-Nya untuk mendapatkan kebenaran pengetahuan dan moralitas, namun ia mungkin kadang akan gagal dalam melaksanakan keinginannya secara terus-menerus. Pada waktu tertentu, orang Kristen dapat kembali kepada dosa yang terjadi pada waktu kejatuhan dengan memberontak atau mengabaikan fakta perbedaan Pencipta dengan ciptaan.
Ketergantungan kita pada Allah untuk pengetahuan dan moralitas tidak datang secara otomatis dalam hidup orang Kristen. Hal ini harus disertai dengan usaha yang serius, di mana kita sungguh berusaha untuk mendapatkan "penyucian di mana tanpanya, tidak ada seorang pun akan dapat melihat Allah" (Ibr. 12:14). Ini merupakan tugas yang panjang dan sulit, namun kita harus terus-menerus berusaha apabila kita ingin mengenal Allah dan kehendak-Nya. Saat kita berpikir bahwa kemampuan orang Kristen untuk mengetahui kebenaran disebabkan oleh kelahiran baru dan berpaling dari kejatuhan, kita juga harus ingat bahwa dosa masih memengaruhi kehidupan orang Kristen.
Kalau bukan karena anugerah Allah, setiap orang akan tetap terkutuk dalam dosa
dan berada di bawah penghakiman murka Allah. Namun, Allah dengan kemurahan-Nya
yang besar telah mengutus Anak-Nya yang ilahi, Yesus Kristus, untuk membayar
hutang dosa dengan mati di atas kayu salib serta memulai suatu periode
kehidupan baru dalam kebangkitan-Nya. Semua orang yang percaya kepada-Nya
dilepaskan dari kutuk murka Allah dan masuk ke dalam berkat Allah. Pengamatan
kita akan manusia tidaklah lengkap apabila kita belum memertimbangkan karakter
manusia yang telah ditebus oleh Allah dalam Kristus.
A. Kebalikan dari Kejatuhan
Kita dapat melihat bahwa aplikasi dari keselamatan dalam kehidupan
seseorang merupakan kebalikan dari apa yang terjadi sebagai akibat dari
kejatuhan. Inti dari kejatuhan Hawa adalah kehendak untuk mandiri dan lepas
dari Allah dengan cara menolak secara sukarela untuk menundukkan diri pada
firman Tuhan. Hawa menolak fakta perbedaan antara Pencipta dengan ciptaan,
dengan berpikir bahwa ia dapat mengetahui kebenaran melalui pikiran barunya
sendiri yang terpisah dari Allah. Hal sebaliknya terjadi pada kehidupan
seseorang yang percaya kepada Kristus. Dengan jelas, Paulus
menyatakannya: "Oleh karena dunia oleh hikmat Allah, tidak
mengenal Allah oleh hikmatnya, maka Allah berkenan menyelamatkan mereka yang
percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil." (1 Kor. 1:21)
Penggunaan hikmat manusia sebagai standar kebenaran, seperti apa yang
dilakukan oleh Hawa, akan membawa kita jauh dari Allah dan membawa kita kepada
ketidakbenaran. Sebaliknya, salib adalah jalan keselamatan yang mengakibatkan
kita berpaling dari kemandirian dan pikiran berdosa supaya kita mendapatkan
pengetahuan yang benar mengenai Allah. Hawa berpikir bahwa sebagai manusia, ia
dapat berdiri sendiri dan melihat serta menempatkan dirinya sebagai hakim yang
tertinggi. Namun, saat kita percaya dengan kesungguhan pada Kristus, kita akan
menyadari bahwa ketergantungan kita pada firman Tuhan sebagai hikmat tidak ada
bandingnya karena Dialah sumber kebenaran.
Penerimaan firman Tuhan ini merupakan permulaan dari penebusan dalam Kristus.
"Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman
Kristus." (Rom. 10:17) Kebalikan dari kejatuhan tidak berhenti
pada tanda pertobatan, melainkan meliputi keseluruhan dari proses penebusan.
Seseorang yang percaya akan berita Injil, bersama dengan Paulus, meyakini
bahwa: "Sebaliknya: Allah adalah benar, dan semua manusia
pembohong." (Rom. 3:4)
Berbeda dengan manusia berdosa yang cenderung meninggalkan pengetahuan yang
benar dan menyatakan hal yang salah (sebagai akibat dari kemandirian yang
terlepas dari Allah), orang-orang percaya memegang kepercayaan bahwa firman
Allah selalu dapat dipercaya oleh karena Allah selalu benar. Sebagaimana yang
dikatakan oleh Yesaya: (Yes. 45:19) "Aku, Tuhan, selalu berkata
benar, selalu memberitakan apa yang lurus."
Firman Allah dapat dipercaya dan orang yang percaya pada Kristus mengakui
kepercayaannya secara total pada firman Tuhan. Lepas dari apa yang terlihat,
lepas dari nasihat-nasihat orang lain, dan lepas dari pencobaan oleh Iblis,
orang percaya menegaskan bahwa: "Tidak ada yang kudus
seperti Tuhan, sebab tidak ada yang lain kecuali Engkau dan tidak
ada gunung batu seperti Allah kita." (1 Sam. 2:2).
Sikap terhadap firman Tuhan yang merupakan kebalikan dari apa yang
terjadi pada waktu kejatuhan, diperjelas oleh perkataan Paulus kepada
orang-orang Korintus: "Sebab aku cemburu kepada kamu dengan
cemburu Ilahi. Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu
laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus. Tetapi aku
takut, kalau-kalau pikiran kami disesatkan dari kesetiaan kamu yang
sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan
kelicikannya." (2 Kor. 11:2-3).
Pada ayat-ayat ini, Paulus memeringatkan orang-orang di Korintus
untuk tidak berpaling dari khotbahnya mengenai firman Tuhan, mereka
harus setia hanya kepada Kristus semata. Paulus memeringatkan mereka
karena ia takut dan kuatir mereka akan jatuh dalam tipu muslihat yang
sama yang telah digunakan oleh si ular saat mencobai Hawa. Paulus takut
mereka akan berpaling dari "kesederhanaan dan ketulusan
penyembahan kepada Kristus" (2 Kor. 11:3). Sebelum jatuh
dalam dosa, Hawa hanya mendengarkan firman Allah dengan penyembahan yang hanya
tertuju pada Allah. Saat jatuh, ia telah berpaling dari firman Allah.
Sebagai orang Kristen, kita secara terus-menerus menerima firman Kristus
dengan penyembahan yang tanpa berprasangka. Kita harus melakukan kebalikan dari
apa yang Hawa lakukan saat ia berdosa. Ditebus oleh Kristus berarti mengalami
kebalikan dari apa yang terjadi pada waktu kejatuhan.
B. Pembaharuan Melalui Kelahiran Baru
Saat kita berpikir tentang keselamatan dalam Kristus, biasanya kita hanya
memikirkan tentang akibat dari percaya pada-Nya, yaitu menerima kehidupan yang
kekal. Hal ini penting, namun untuk lebih tepatnya, saat ini kita perlu
memfokuskan dengan lebih teliti pada kepentingan kebalikan dari kejatuhan dan
akibatnya pada karakter manusia dalam hal pengetahuan dan moralitas.
Tuhan Yesus mengatakan kepada Nikodemus persyaratan untuk memasuki kerajaan
Allah dengan berkata:"Kamu harus dilahirkan kembali." (Yoh.
3:7). Kelahiran baru harus terjadi pada diri orang yang tidak percaya.
Sebagaimana ia telah lahir di dalam Adam, demikian pula ia telah jatuh dalam
belenggu dosa, sebagai suatu permulaan. Karena itu, ia harus mengalami
kelahiran baru. Paulus menyatakan: "Jadi siapa yang ada di dalam
Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya
yang baru sudah datang." (2 Kor.5:17)
Saat kita diselamatkan dari dosa-dosa kita, kita tidak hanya dilahirkan
baru secara pribadi; namun kita memasuki suatu ruang lingkup keberadaan yang
baru (ciptaan yang baru). Oleh karena itu, seluruh kehidupan orang percaya
adalah untuk mengalami perubahan yang berawal dari kelahiran baru.
Paulus menggunakan istilah "ciptaan yang baru" dalam pengertian
suatu perintah karena hal ini menunjuk pada hubungan penebusan dengan asal mula
keadaan ciptaan sebelum kejatuhan. Saat dunia dan manusia diciptakan, mereka
belum dicemari oleh dosa. Namun, sebagai akibat dari manusia yang memilih untuk
berdiri sendiri terlepas dari Allah, maka seluruh ciptaan telah jatuh dalam
kutuk dosa.
Pekerjaan penebusan dari Kristus dapat dikatakan merupakan pembaharuan
manusia untuk dapat kembali kepada posisi mereka yang semula, yaitu pada waktu
pertama diciptakan oleh Allah. "... yang telah diciptakan
menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang
sesungguhnya." (Ef. 4:24) "dan telah mengenakan
manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang
benar menurut gambar Khaliknya." (Kol. 3:10)
Orang-orang percaya dalam Kristus diperbaharui menurut sifat mereka yang
semula sebagai manusia yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Mereka
diberikan kebenaran, kesucian, dan pengetahuan yang benar, di mana semua itu
hilang pada waktu kejatuhan dalam dosa. Perhatian khusus harus diberikan pada
fakta bahwa pembaharuan melalui kelahiran baru tidak hanya meliputi sebagian
dari manusia, melainkan meliputi keseluruhan karakternya, bahkan proses
berpikirnya. "Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan
setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang
pengenalan dan menaklukkannya kepada Kristus." (2 Kor.
10:5).
Orang-orang Kristen pada kenyataannya diperbaharui sampai pada tahap di
mana setiap aspek pribadi mereka berada pada keberadaan asal sebelum kejatuhan
dalam dosa. Kita tidak diselamatkan untuk sekadar berada dalam keadaan yang
manis dan menyenangkan. Namun, kita diperbaharui sebagai ciptaan baru dan
dikembalikan kepada asal mula keberadaan kita sebagai gambar Allah melalui
kelahiran baru.
Sebagai gambar Allah yang telah dipulihkan, manusia yang telah ditebus rindu untuk melakukan apa yang adil sesuai wahyu Allah bagi semua ciptaan dan firman Tuhan. Ia menyadari bahwa tidaklah cukup hanya mengetahui bahwa hujan merupakan kondensasi dari air yang menguap. Ia akan bertanya apakah hujan dan bagaimana ia menyatakan karakter dan kehendak Allah. Apabila tidak ada dosa, hal ini tidak akan menjadi masalah. Manusia cukup hanya mengamati dunia dan mengenal Allah melaluinya. Namun, oleh karena dosa, "maka diperlukan Penolong yang lebih baik untuk memimpin kita pada Pencipta alam semesta ini secara langsung".
Penolong yang lebih baik adalah firman Tuhan dan Roh Kudus. Orang Kristen
berkewajiban mendedikasikan diri untuk menyelidiki firman Tuhan oleh karena Roh
Kudus yang ada di dalam kita akan memimpin kita kepada pengetahuan akan
keselamatan. Roh Kudus juga akan memimpin kita kepada kebenaran pengetahuan
tentang ciptaan menurut apa yang diwahyukan oleh Allah dan kehendak-Nya atas
manusia. Ini tidak berarti bahwa Alkitab menjadi suatu buku pedoman dari ilmu
pengetahuan alam. Dengan kata lain, tidak betul bahwa orang Kristen tidak perlu
lagi melihat pada dunia dan cukup hanya dengan membaca Alkitab untuk menemukan
kebenaran ilmiah.
Firman Tuhan memberikan prinsip-prinsip dasar secara umum di mana semua
penyelidikan akan dunia ini harus berdasarkan atasnya. Misalnya, pengetahuan
yang sejati mengenai hujan menyatakan kepada kita akan kemurahan Allah dan
bagaimana Allah mengharapkan kita untuk memperlakukan musuh kita dengan
kebaikan (Mat. 5:45), dan seterusnya. Tentu saja penyelidikan secara ilmiah
dari sifat hujan akan secara intensif menjelaskan pengertian orang Kristen akan
hal-hal ini. Namun, pengetahuan yang benar tentang hujan ditemukan berdasarkan
penyelidikan yang didasarkan pada firman Tuhan dan dipimpin oleh firman Tuhan.
Sebagai ciptaan yang telah diperbaharui, orang Kristen rindu untuk
memertahankan fakta perbedaan Pencipta dengan ciptaan dalam hal pengetahuan dan
moralitas sehingga orang Kristen dapat memberikan perlakuan yang tepat pada
wahyu Allah.
C. Orang Percaya dan Dosa yang Masih Tertinggal
Kehidupan orang Kristen bukannya tanpa kesalahan. Meskipun ia telah
diperbaharui kembali kepada kondisi asalnya seperti sebelum kejatuhan,
pembaharuan ini tidaklah sempurna sampai kedatangan Tuhan Yesus yang kedua
kalinya. Orang Kristen berkecimpung dalam peperangan yang dahsyat antara
kebenaran dan dosa.
Paulus menjelaskan konflik ini sebagai berikut: "Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging karena keduanya bertentangan sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki." (Gal. 5:17) Roh Kudus yang tinggal di antara orang-orang percaya, berada dalam peperangan dengan pikiran kedagingan manusia. Sebagai akibatnya, ada dua prinsip yang bekerja dalam diri orang percaya, yang satu kepada ketaatan dan yang lain pada ketidaktaatan.
Walaupun orang Kristen berusaha untuk bergantung pada Allah dengan memerhatikan wahyu-Nya untuk mendapatkan kebenaran pengetahuan dan moralitas, namun ia mungkin kadang akan gagal dalam melaksanakan keinginannya secara terus-menerus. Pada waktu tertentu, orang Kristen dapat kembali kepada dosa yang terjadi pada waktu kejatuhan dengan memberontak atau mengabaikan fakta perbedaan Pencipta dengan ciptaan.
Penurunan ini dengan sendirinya memerlihatkan penolakan pengakuan atas
wahyu Allah dalam semua aspek kehidupan, termasuk ketaatan akan firman Tuhan.
Sebagaimana orang tidak percaya tidak dapat terlepas sepenuhnya dari kualitas
penciptaan sebagai manusia yang diciptakan menurut gambar Allah, demikian pula
orang Kristen tidak dapat terlepas sepenuhnya dari dosa yang masih tertinggal
dalam hidupnya. Ia tidak selalu konsisten dengan prinsipnya akan ketergantungan
secara total kepada Allah. Dan karenanya, ia tetap dapat melakukan kesalahan
dalam pikiran dan tindakannya.
Dengan alasan ini, maka orang Kristen secara berulang-ulang didorong untuk
menghindari dan menolak dosa. Paulus berkata: "... bahwa kamu
telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus
Yesus. Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam
tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti
keinginannya." (Rom. 6:11-12). Dan dalam bentuk pernyataan
yang positif, ia berkata: "Janganlah kamu menjadi serupa
dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu." (Rom. 12:2)
Ketergantungan kita pada Allah untuk pengetahuan dan moralitas tidak datang secara otomatis dalam hidup orang Kristen. Hal ini harus disertai dengan usaha yang serius, di mana kita sungguh berusaha untuk mendapatkan "penyucian di mana tanpanya, tidak ada seorang pun akan dapat melihat Allah" (Ibr. 12:14). Ini merupakan tugas yang panjang dan sulit, namun kita harus terus-menerus berusaha apabila kita ingin mengenal Allah dan kehendak-Nya. Saat kita berpikir bahwa kemampuan orang Kristen untuk mengetahui kebenaran disebabkan oleh kelahiran baru dan berpaling dari kejatuhan, kita juga harus ingat bahwa dosa masih memengaruhi kehidupan orang Kristen.
Karakter manusia yang telah ditebus oleh Kristus merupakan pengertianyang
mendasar bagi apologetika alkitabiah. Pekerjaan Kristus di ataskayu salib dan
dalam kebangkitan-Nya, telah memerbaharui pengetahuanyang sejati dan kebenaran
bagi orang yang percaya kepada-Nya.Meskipun dosa masih ada, namun orang yang
telah ditebus oleh Kristus dapat bergantung kepada Allah untuk pengetahuan dan
moralitasnya.